^^

Rabu, 21 Desember 2011

.. Butir-Butir Cahaya ..

Bismillah,.....
Kita tak pernah tau sebelumnya, kita tak pernah merencanakan awalnya. Bagaimana kita berada disini, bertemu dan berkumpul untuk saling berbagi. Memang ALLAH yang maha mengetahui mempunyai rencana yang terbaik untuk hamba-hambanya.
Bagaikan butir-butir cahaya seperti itulah arti hadir kalian. Butir-butir cahaya yang selalu menjadi harapan disetiap doa diantara bulir airmata. Butir-butir cahaya yang akan menyinari mushola yang mulai terlihat sunyi, butir-butir cahaya yang akan menjadi pelangi dijalan juang kami.
Terkadang butir-butir cahaya itu akan saling bertabrakan dalam mushola kecil itu. Tapi bukankah jika ruang itu terlalu besar, maka lelah akan jadi alasan untuk sekedar bersalaman usai sembahyang??
Atau terkadang cemburu menyebrang, ketika melihat ada butir-butir cahaya yang lebih bersinar. Kemudian butir-butir cahaya yang lain memilih untuk meredup? Tapi bukankah sebenarnya setiap butir-butir cahaya itu sama manfaatnya, sama pentingnya??
Bahkan terkadang butir-butir cahaya itu berkumpul disudut-sudut mushola menciptakan warna-warna sendiri. Tapi bukankah tak mengapa, karena semakin banyak warna maka akan semakin semarak pelangi yang ada.
Atau mungkin kamilah * yang dianggap kakak ini* yang belum bisa adil berbagi, berbagi hati berbagi kasih berbagi rasa berbagi cerita berbagi cinta. Kami yang masih penuh kekurangan, kurang dalam perhatian dan kurang dalam pengalaman.
Tapi yakinlah bahwa kamipun sedang belajar dan berusaha untuk kalian. Berusaha memberikan yang terbaik yang kami punya walau mungkin kami bukanlah orang-orang yang terbaik.
Kami punya janji, janji dalam hati. Bahwa kami akan menjaga butir-butir cahaya itu agar tak meredup. Butir-butir cahaya yang akan menyinari mushola Badan Tadzkir yang mulai terlihat sunyi, butir-butir cahaya yang akan menjadi pelangi dijalan juang kami.
Karena senyum kalian adalah semangat kami, karena tangis kalian adalah pelajaran berharga kami. Karena cerita kalian adalah rindu kami, karena Tanya kalian tempat berbagi kami dan  karena kalian adalah butir-butir cahaya kami.
                                                                                                                                                   @ Musholla BTPNM 09/18/2011

Cerita dari Jalanan "Aku dan si Vega" (Part 1)


”Kematian itu selalu berada dibelakangmu, mengikuti kemanapun kau pergi bahkan jika kau bersembunyi di lubang semutpun Ia pasti akan selalu menemukanmu.”
Kata-kata dari seorang senior'Q dalam salah satu taujihnya ini selalu sanggup membuat'Q bergidik. Apalagi kalo lagi jalan bareng si Vega, wuih kata-kata ini selalu jadi berkelebat dalam bayang. Soalnya resiko dijalanan raya kaya kendaraan bermotor itukan gede banget buat ketemu sama si maut. Tapi namanya sudah berpacu dengan si kuda besi, terkadang bikin kita sok aksi, nyalip sana-sini, ngebut –apalagi kalo ada kendaraan lain yang mancing-, nerobos sembarangan, de-el-el, ditambah lagi kalo si kuda besi yang ditunggangi itu gede dan keren, hasil modifan atau keluaran terbaru, pokoknya bisa bikin lupa diri dech. Hmm, bukannya sok atuh, tapi memang begitu keadaanya kalo dijalanan, dan saya –biarpun dikata cewek berjilbab- mungkin termasuk salah satu yang sering melakukan hal diatas –apalagi kalo lagi diburu waktu alias telat-.. heheheheee…
Awal belajar bawa si Vega, waktu mo turun jalan raya, ni hati pada main drum semua ngliatin tu parade kendaraan bermotor yang tiada matinya. Pokoknya waktu belajar,  sampe nangis karena dimarahin sama Aby (waktu itu belajarnya sama Aby, beliau duduk dibelakang'Q). Ceritanya waktu mau belok kanan di perempatan, lampu sein lupa nyalain terus salah ngambil jalur pula, yach namanya juga orang gugup, eh si Aby malah dengan nada tinggi bilang “Kalo begini terus kamu bakalan cepat mati dijalanan”. Sebel bangetkan ni hati, memang sich Aby tuch tipe orangnya keras, tapi rasanya kata-kata Aby waktu itu ada benarnya juga. Jadinya sekarang mikir-mikir dulu dan perhitungan kalo mau ngebuut, nyalip atau nerobos, kata-kata Aby selalu terngiang-ngiang ditelinga sich.
Kembali ke soal maut dan kematian, karena berada dijalanan itu punya resiko lebih besar ketemu maut daripada orang yang berada dalam ruangan. Sedangkan orang jalan aja bisa ketabrak apalagi yang berkendara. Ngga’ minta-mintakan saat sedang ngebut remnya blong, ditabrak atau nabrak orang, jatuh karena ban slip, kesrempet atau tersenggol kendaraan lain menjadi alasan buat lebih cepat ketemu si mautkan. Makanya, jalan-jalan bareng si Vega membuatku selalu ingat pada kematian yang selalu mengikuti dan jadi salah satu motivasi buat beribadah lebih baik lagi serta memperbanyak beramal shaleh.
Salah satu senior'Q yang lain juga pernah berkata, Sedekah dapat mengurangi resiko kecelakaan. Dan kayaknya itu ada benarnya juga dech. Mungkin akan Qy' ceritakan di tulisan selanjutnya……  ^_^

Sabtu, 03 Desember 2011

Menuju TwentyOne... ^Sebuah Puisi darinya^ (26 Nop 2011)

Hhmmm,...

akhirnya hari ini datang juga hari ini....
g' terasa hari ini aku dah genap berusia Twenty One, artinya meninggalkan dunia Teenners  dan memasuki usia kedewasaan sepenuhnya_
Ketika baru mau membuka mata dihari yang baru ini, Ummy sudah mendaratkan ciuman hangat dipipi yang penuh kasih sayang disertai ucapan dan doa. sayang, dihari ini Aby g' ada dirumah karena lagi pergi tugas.. Tapi insyaALLAH doa beliau selalu untukku..
yang paling mengharukan dihari ini adalah sebuah catatan yang berisi puisi dari adik semata wayangku juga animasi ucapan Selamat Ulang Tahun yang dibuat sebagai background dilayar laptopku..
Nich dia yang jadi Background si Laptop

pagi sebelumnya, si adik tidak menyapaku sama sekali, seperti lupa kalo hari ini ada yang milad. ekh, g' taunya pas aku buka laptop langsung dech background menyolok itu minta untuk dibaca_
ternyata adikku gengsi banget mw bilang secara langsung
trus pas baca puisinya, beuhh jadi terhau banget, g' nyangka ternyata dia punya bakat nulis juga... Isi puisinya berjudul "UntukMu" seperti ini...


Harii ini adalahh lembarann baruu bagiimu,,,
Harii inii usiaa kka bertambahh menjadii semakin dewasa…
Harus semakin berani menghadapii dunia ini,,,
Aku tak tau harus berikan apa buat kka,,
Hanya sebuah tulisan yg tak bermakna ini yg akan q beri untuk mu,,,,
Tak ada sebuah kado,
Tak ada sesuatu yg special yg q siapkan untuk mu,,,,
Hanya sebuah doa yg bisa aku ucapkann diharii ini untuk mu,,,,
Semoga ALLAH memberimu umur yang panjang,,
Kesehatan dan rezki yg banyak
Dan apa yg kau inginkan bisa tercapai,,,,
Semoga menjadi orang yang sukses kelak dihari esok
Maaf  bila q tak bisa memberikan kka sebuah hadiah,,
bahagikanlahh UMMY  dan ABBY…
Dan jadilah kka yg terbaik buat hidupp.Q
Tetaplah tersenyum  dan berjuang,,,
Jadilah yang terbaik selama engkauu hiduupp..
Selamat ulang tahunn kka.Q sayang,,,
Wish you all the best…
ALLAH BLESS YOU..
I 'Lv'you Forever...
Dihari ini, satu-satunya kado yang aku dapatkan adalah sebuah buku yang dibeli sama Ummy, judulnya THE POWER OF POSITIVE THINKING - for Islamic Happy Life_
Wah keren banget bukunya, like banget dech...
Jazakillah ya Ummy...

@sweetrumz 26Nop2011 

Minggu, 20 November 2011

Bukan Yang Terbaik


Ketika kita berada dalam sebuah forum pengajian bersama teman-teman yang antusias, pasti akan terbersit keinginan untuk bersama mereka memperbaiki diri, keinginan untuk dapat aktif dan terlihat lebih baik dari mereka. Merasa diri lebih pandai dan bisa menjadi yang terbaik. Atau ketika kita berjilbab dan mengenakan pakaian muslim, kita merasa sudah lebih beriman dari mereka yang belum istiqomah memakainya dan berpikir alangkah baiknya kalau kita bisa mengajak mereka untuk bisa seperti kita.
     Namun, pernahkah ketika melihat semangat dan kekhusyukan teman-teman kita dalam sholatnya kita merasa paling rendah?
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa diamnya mereka dalam sebuah forum atau ketidak aktifan mereka bukan berarti bahwa mereka tidak mampu mengelola jiwa dan cinta mereka kepada islam. Diam mereka bisa berarti mereka sedang mengingat Allah dan ketidak aktifan mereka dalam forum mungkin karena tidak ingin hanya omdo (omong doank).
Kita pasti akan tersenyum kecut, begitu pede-nya kita ingin memperbaiki orang lain yang ternyata lebih baik dari kita. Seperti kisah Hasan Al-Basri.
Saat ia berdiri di depan sebuah danau, dia melihat sepasang lelaki-perempuan duduk disana. Sebotol minuman tergenggam di tangan si lelaki. Menurut Hasan Al-Basri, botol itu pastilah berisi khamr. “Seandainya saja aku bisa mengubah lelaki tak berakhlak ini dan membuatnya menjadi manusia seperti aku….” batinnya.
Tak lama kemudian, muncul sebuah perahu dengan tujuh penumpang. Perahu itu karam! Lelaki tadi segera terjun ke dalam air, berusaha menyelamatkan mereka. Eman orang selamat dan dibawa ketepian sungai. “Jika engkau manusia yang lebih mulia dariku, cepat selamatkanlah yang satu itu!” katanya pada Hasan.
Hasan segera bertindak. Apakah ia berhasil? Tidak. Orang itu tenggelam dan akhirnya meninggal. Hasan Al-Basri terduduk lemas, berlutut didepan si lelaku. Saat itulah Hasan tahu, wanita tadi adalah ibu si lelaki, dan botol yang dipegangnya hanya berisi air biasa..
Penilaiannya ternyata salah dan ia terlanjur menyangka bahwa dirinya orang yang lebih baik. Hasan Al-Basri merasa malu luar biasa terhadap orang itu dan kepada dirinya sendiri.
Kesalahan yang sama pasti pernah terjadi pada diri kita, jika kita mau mengingat perjalanan hidup kita. Namun, tanpa harus menghilangkan rasa percaya diri, tampaknya kita harus berusaha lebih keras menghindari bangga diri dan kesombongan yang di benci Allah. Jika mendapat sanjungan dan penghormatan, bukan berarti sanjungan itu merupakan jawaban atas kebaikan kita. Kita semua adalah sama: hanya manusia biasa. Kita mungkin bukanlah yang terbaik. Yang membuat kita sedikit berbeda adalah niatan kita untuk memperbaiki diri dan orang lain. Tak lebih dari itu…

Kamis, 22 September 2011

.. Inilah Saya ..

Terkadang kita terbiasa membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Ketika melihat seseorang dengan kelebihan yang tidak kita punya, kita akan berpikiran, “ kenapa Allah tidak menciptakan saya seperti dia?”
Atau kita akan merasa nelangsa dan iri ketika bersanding dengan teman yang berani mengutarakan konsep-konsepnya dengan lantang. Kita pun akan mengeluh, “kenapa saya tidak pintar dan pandai ngomong seperti dia?”
Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa kita sebenarnya beruntung menjadi orang yang tidak banyak omong tapi murah senyum dan terbebas dari beban pertanggungjawaban lisan. Karena Allah akan murka kepada orang yang omdo (omong doang).
Pernahkah suatu ketika kita berandai-andai menjadi Abu Bakar yang lembut, sabar, tenang, mudah tersentuh dan mudah mengalirkan airmata karena Allah. Atau menjadi Umar Bin Khattab yang tegas, garang dan ditakuti oleh musuh-musuh islam. Atau bahkan berkahyal menjadi Doraemon yang tak pernah sedih, tidak pernah berhutang budi pada sesama, bisa apa saja karena punya kantong ajaib. Tapi apa sih enaknya jadi Doraemon yang tidak secantik dan sesempurna manusia, apalagi di hanya tokoh dalam film kartun.
Menjadi diri sendiri, itu adalah pilihan terbaik. Tidak satupun manusia yang sempurna tanpa memiliki keurangan. Kelebihan dan kekurangan itulah yang menyempurnakan manusia.

Allah pun menurunkan karakter yang berbeda-beda kepada hamba-Nya. Ada yang pendiam, ada yang ramai. Ada yang lembut, ada yang ceplas-ceplos. Ada yang cantik dan ganteng, ada yang biasa saja. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang pintar, ada yang bodoh. Semuanya ada dalam diri manusia. Lalu manakah yang paling baik?
Ini seperti membandingkan kaca mata dan sandal jepit. Secara zhahir, kacamata jelas lebih baik, lebih mahal, tempatnya pun terhormat. Sedangkan sandal, harganya tak seberapa dan tempatnya pun dibawah.

Mempertanyakan mana yang lebih baik, akan kembali mempertimbangkan fungsinya. Semahal apapun sebuah kacamata, barang tersebut tak akan bermakna saat kita membutuhkan sandal jepit untuk Wudhu, misalnya. Dengan begitu kacamata tidak akan berbangga dengan kemahalannya, dan sandal jepit tidak merasa minder dengan kesederhanaannya.

Begitupun dengan manusia. Kekurangan dan kelebihan bukan menjadi alasan untuk ujub atau rendah diri. Apalah artinya mengungkit–ungkit kekurangan jika hanya membuat tidak percaya diri, merasa tidak berharga.

Saat menemukan kelebihan pada orang lain, temukanlah kelebihan pada diri kita. Sebaliknya, bila kita menemukan kekurangan orang orang lain, maka carilah kekurangan lainnya pada diri sendiri.

Tinggal sekarang, bagaimana mengoptimalkan celah kekurangan dan kelebihan itu menjadi prestasi yang besar. Apa yang dianggap kekurangan dan kelebihan akan tetap bermanfaat jika pandai mengoptimalkan dengan pas. Seperti Umar dan Abu Bakar yang memiliki sifat bagai bumi dan langit, tetapi Allah dan Rasul selalu berbangga dengan keduanya. Bukan berarti ‘kegarangan ‘ Umar lebih jelek dari ‘kelembutan’ Abu Bakar. Begitu pula sebaliknya.

So, berbanggalah menjadi diri sendiri. Katakanlah, INILAH SAYA!! dengan kekurangan dan kelebihan saya. Bersyukurlah, Allah telah menciptakan kita sebagai makhluk yang paling sempurna.