^^

Kamis, 22 September 2011

.. Inilah Saya ..

Terkadang kita terbiasa membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Ketika melihat seseorang dengan kelebihan yang tidak kita punya, kita akan berpikiran, “ kenapa Allah tidak menciptakan saya seperti dia?”
Atau kita akan merasa nelangsa dan iri ketika bersanding dengan teman yang berani mengutarakan konsep-konsepnya dengan lantang. Kita pun akan mengeluh, “kenapa saya tidak pintar dan pandai ngomong seperti dia?”
Tapi, pernahkah kita berpikir bahwa kita sebenarnya beruntung menjadi orang yang tidak banyak omong tapi murah senyum dan terbebas dari beban pertanggungjawaban lisan. Karena Allah akan murka kepada orang yang omdo (omong doang).
Pernahkah suatu ketika kita berandai-andai menjadi Abu Bakar yang lembut, sabar, tenang, mudah tersentuh dan mudah mengalirkan airmata karena Allah. Atau menjadi Umar Bin Khattab yang tegas, garang dan ditakuti oleh musuh-musuh islam. Atau bahkan berkahyal menjadi Doraemon yang tak pernah sedih, tidak pernah berhutang budi pada sesama, bisa apa saja karena punya kantong ajaib. Tapi apa sih enaknya jadi Doraemon yang tidak secantik dan sesempurna manusia, apalagi di hanya tokoh dalam film kartun.
Menjadi diri sendiri, itu adalah pilihan terbaik. Tidak satupun manusia yang sempurna tanpa memiliki keurangan. Kelebihan dan kekurangan itulah yang menyempurnakan manusia.

Allah pun menurunkan karakter yang berbeda-beda kepada hamba-Nya. Ada yang pendiam, ada yang ramai. Ada yang lembut, ada yang ceplas-ceplos. Ada yang cantik dan ganteng, ada yang biasa saja. Ada yang kaya, ada yang miskin. Ada yang pintar, ada yang bodoh. Semuanya ada dalam diri manusia. Lalu manakah yang paling baik?
Ini seperti membandingkan kaca mata dan sandal jepit. Secara zhahir, kacamata jelas lebih baik, lebih mahal, tempatnya pun terhormat. Sedangkan sandal, harganya tak seberapa dan tempatnya pun dibawah.

Mempertanyakan mana yang lebih baik, akan kembali mempertimbangkan fungsinya. Semahal apapun sebuah kacamata, barang tersebut tak akan bermakna saat kita membutuhkan sandal jepit untuk Wudhu, misalnya. Dengan begitu kacamata tidak akan berbangga dengan kemahalannya, dan sandal jepit tidak merasa minder dengan kesederhanaannya.

Begitupun dengan manusia. Kekurangan dan kelebihan bukan menjadi alasan untuk ujub atau rendah diri. Apalah artinya mengungkit–ungkit kekurangan jika hanya membuat tidak percaya diri, merasa tidak berharga.

Saat menemukan kelebihan pada orang lain, temukanlah kelebihan pada diri kita. Sebaliknya, bila kita menemukan kekurangan orang orang lain, maka carilah kekurangan lainnya pada diri sendiri.

Tinggal sekarang, bagaimana mengoptimalkan celah kekurangan dan kelebihan itu menjadi prestasi yang besar. Apa yang dianggap kekurangan dan kelebihan akan tetap bermanfaat jika pandai mengoptimalkan dengan pas. Seperti Umar dan Abu Bakar yang memiliki sifat bagai bumi dan langit, tetapi Allah dan Rasul selalu berbangga dengan keduanya. Bukan berarti ‘kegarangan ‘ Umar lebih jelek dari ‘kelembutan’ Abu Bakar. Begitu pula sebaliknya.

So, berbanggalah menjadi diri sendiri. Katakanlah, INILAH SAYA!! dengan kekurangan dan kelebihan saya. Bersyukurlah, Allah telah menciptakan kita sebagai makhluk yang paling sempurna.