^^

Minggu, 20 November 2011

Bukan Yang Terbaik


Ketika kita berada dalam sebuah forum pengajian bersama teman-teman yang antusias, pasti akan terbersit keinginan untuk bersama mereka memperbaiki diri, keinginan untuk dapat aktif dan terlihat lebih baik dari mereka. Merasa diri lebih pandai dan bisa menjadi yang terbaik. Atau ketika kita berjilbab dan mengenakan pakaian muslim, kita merasa sudah lebih beriman dari mereka yang belum istiqomah memakainya dan berpikir alangkah baiknya kalau kita bisa mengajak mereka untuk bisa seperti kita.
     Namun, pernahkah ketika melihat semangat dan kekhusyukan teman-teman kita dalam sholatnya kita merasa paling rendah?
Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa diamnya mereka dalam sebuah forum atau ketidak aktifan mereka bukan berarti bahwa mereka tidak mampu mengelola jiwa dan cinta mereka kepada islam. Diam mereka bisa berarti mereka sedang mengingat Allah dan ketidak aktifan mereka dalam forum mungkin karena tidak ingin hanya omdo (omong doank).
Kita pasti akan tersenyum kecut, begitu pede-nya kita ingin memperbaiki orang lain yang ternyata lebih baik dari kita. Seperti kisah Hasan Al-Basri.
Saat ia berdiri di depan sebuah danau, dia melihat sepasang lelaki-perempuan duduk disana. Sebotol minuman tergenggam di tangan si lelaki. Menurut Hasan Al-Basri, botol itu pastilah berisi khamr. “Seandainya saja aku bisa mengubah lelaki tak berakhlak ini dan membuatnya menjadi manusia seperti aku….” batinnya.
Tak lama kemudian, muncul sebuah perahu dengan tujuh penumpang. Perahu itu karam! Lelaki tadi segera terjun ke dalam air, berusaha menyelamatkan mereka. Eman orang selamat dan dibawa ketepian sungai. “Jika engkau manusia yang lebih mulia dariku, cepat selamatkanlah yang satu itu!” katanya pada Hasan.
Hasan segera bertindak. Apakah ia berhasil? Tidak. Orang itu tenggelam dan akhirnya meninggal. Hasan Al-Basri terduduk lemas, berlutut didepan si lelaku. Saat itulah Hasan tahu, wanita tadi adalah ibu si lelaki, dan botol yang dipegangnya hanya berisi air biasa..
Penilaiannya ternyata salah dan ia terlanjur menyangka bahwa dirinya orang yang lebih baik. Hasan Al-Basri merasa malu luar biasa terhadap orang itu dan kepada dirinya sendiri.
Kesalahan yang sama pasti pernah terjadi pada diri kita, jika kita mau mengingat perjalanan hidup kita. Namun, tanpa harus menghilangkan rasa percaya diri, tampaknya kita harus berusaha lebih keras menghindari bangga diri dan kesombongan yang di benci Allah. Jika mendapat sanjungan dan penghormatan, bukan berarti sanjungan itu merupakan jawaban atas kebaikan kita. Kita semua adalah sama: hanya manusia biasa. Kita mungkin bukanlah yang terbaik. Yang membuat kita sedikit berbeda adalah niatan kita untuk memperbaiki diri dan orang lain. Tak lebih dari itu…