^^

Jumat, 27 April 2012

Karena Panggilan


“ Mau turun dimana Bu??” Suara sopir angkot membuyarkan lamunanku.
“Pangkalan ojek Alvin, Om” jawabku cepat dengan muka agak cemberut. Memikirkan berbagai pertanyaan yang masih menggelayut di otak, menarik kesadaran yang sempat terbang dalam pemandangan malam.
Ibu –panggilan sopir itu untukku-, huu, sudah nampak setua itukah wajahkku hingga dipanggil Ibu?? Padahal dari segi usia, belum juga genap 22 tahun usiaku.  Atau karena penampilanku yang memakai baju kebesaranku gamis-red ?? tak taulah….
Begitulah cuplikan adegan kalo lagi jalan tidak bersama si Vega dan terpaksa harus naik angkot. Tak hanya sekali aku di panggil dengan embel-embel “Bu”, di pasar, di jalan, di Bank dan di tempat lainnya.
Suatu ketika, waktu lagi ngumpul mentoring–yang anggotanya Akhwat Only- seorang temanku berkata, “duhh, tadi aku dipanggil Ibu sama si sopir”, dan teman-temanku yang lain juga mengiyakan peristiwa itu pernah terjadi kepada mereka. Ternyata bukan hanya aku saja, pikirku.
Setelah saling berbagi cerita, temanku yang paling dewasa dengan ringannya berkata “biar saja di panggil dengan embel-embel Ibu, berarti kan mereka menghormati kita sebagai perempuan, iya nggak??”. Mendengarnya, kami pun langsung mengangguk tanda setuju dengan senyum yang mengembang. Ya, biar saja dipanggil Ibu, daripada di panggil “Hai Cewek, boleh mo goda?” atau dengan suitan kayak manggil burung kutilang, mendingkan dipanggil Ibu, baguskan artinya.
Jadi sekarang, kalo ada yang manggil dengan embel-embel “Bu” sepertinya atak jadi masalah lagi bagiku, Don’t worry be happy. Karena aku sudah terbiasa dipanggil dengan embel-embel “Bu” di depan namaku karena tuntutan profesi. ^_^