Pergantian tahun
selalu disambut meriah. Entah apa yang bikin orang happy banget menyambut tahun
baru. Riuhnya suara terompe, petasan gemerlap kembang api yang harganya bisa
menutupi biaya sekolah anak sekampung, pawai kendaraan yang bebas tilang
polisi, seolah tidak mengenal kesusahan beruntun yang menimpa rakyat Indonesia.
Untuk siapa dan
untuk apa ya sukaria itu?
Bersenang-senang
tentu tidak salah, tapi jangan mubazir. Husnuzhonnya sih, semua yang
bergembuira ria menjelang pergantian tahun, tentu bahagia karena tahun yang
penuh musibah akan segera berlalu. Tapi coba ingat deh, bahwa yang berganti
sebenarnya Cuma kalender doing. Harinya tetap sama, senin sampai ahad.
Lingkungan yang kita tinggali masih sama, banyak banjir, barang-barang mahal
dan cari kerja susah. Nggak bakal ada perubahan yang menyenangkan kalau setiap
anak bangsa tidak belajar dari kesulitan yang telah lalu. So, buang jauh-jauh
‘Topeng Sukaria’ di akhir tahun. Menangis lebih layak kita lakukan karena
seabrek kelalaian masih saja kita kerjakan.
v Jika Tak Ingin Bencana Mampir Lagi
Menyikapi pergantian tahun, terutama tahun hijriah
yang penuh semangat hijrah Rasulullah SAW, ada baiknya kita koreksi diri lagi
sudah benarkah kita dalam menapaki tahun-tahun yang silih berganti.
Dari Abdullah bin Umar RA berkata :
“Rasulullah SAW menghadap kearah kamiseraya
bersabda :
“Wahai kaum Muhajirin, ada lima hal yang aku
berlindung diri kepada Allah SWT agar kalian tidak menjumpainya, (1) tidaklah
menyebar perbuatan keji (zina) pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan
melakukannya melainkan mereka akan ditimpa wabah-wabah penyakit dan kelaparan
yang belum pernah menimpa orang-orang sebelum mereka. (2) tidaklah suatu kaum
yang mengurangi takaran (dalam Jual-beli) melainkan mereka akan ditimpa
paceklik, sulit mendapatkan makanan dan jahatnya penguasa. (3) tidaklah suatu
kaum yang enggan mengeluarkan zakat dari harta mereka melainkan akan terhalang
air hujan dari langit, kalau saja bukan karena (ada) binatang niscaya tidak
diturunkan hujan. (4) tidaklah suatu kaum mengingkari janji melainkan Allah SWT
akan menguasakan atas mereka musuh-musuh yang bukan dari golongan mereka,
mereka mengambil sebagian harta yang ada ditangan mereka. (5) dan selama
pemimpin-pemimpin mereka tidak menerapkan hukum Allah SWT dan memilah-milih apa
yang Allah SWT turunkan dalam kitab-Nya, niscaya Allah SWT akan menjadikan
saling berkeras-kerasan di antara mereka.” (HR Ibnu Majah dan Al-Hakim)
Subahanallah, apa yang disampaikan Rasulullah
diatas, ternyata kejadian bener di Negara kita. Semua terbukti 100%. Tapi
sayangnya, bukti yang terjadi kebanyakan bukti jeleknya.
So, bagaimana menurut temen-temen sekalian, apakah
semua bencana itu kan berhenti? Tentu tidak, jika masing-masing dari kita masih
selalu memikirkan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Jika semua pejabat masih
berkoar “demi kepentingan rakyat”, padahal demi kepentingan perutnya, teguran
Allah akan terus datang.
Walaupun kita bukan pejabat, bukan penguasa, atau
bukan pemegang kebijakan, tapi mencegah bencana dengan meninggalkan apa yang
ditakuti oleh Rasulullah tadi wajib kita lakukan. Mencegah bencana, baik kecil
atau besar, manfaatnya bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang
banyak di sekeliling kita. Joseph Campbell mengatakan, “pada saat kita berhenti
berpikir tentang diri kita sendiri, kita sebenarnya tengah mengalami perubahan
hati nurani yang sungguh heroic.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar